Rabu, 01 Juni 2022

KABUPATEN BOGOR ULANG TAHUN KE-540

                
Foto: Beritawarganet.com

Penulis: Dian Rohmansah | Editor: Putri Patwa Aulia

Jejak Pers - Bogor. Hari Jadi Bogor (HJB) ke-540 tahun akan diperingati pada hari Jumat tanggal 3 Juni 2022 dengan mengusung tema “Baswara Kastara Loka”. Dikutip dari Antaranews.com “Baswara Kastara Loka” memiliki makna tempat atau kota yang termasyur dengan keindahan dan gemerlap alamnya, tutur Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Bogor Bayu Rahmawanto yang didaulat menjadi Ketua HJB ke-540.

Logo HJB tahun ini terdiri dari perpaduan lima warna, yakni hijau, orange,merah, hijau dan ungu. Berikut pemaparan makna wana pada logo HJB ke-540:

-Warna hijau merupakan penggambaran dari warna alam Kabupaten Bogor yang sarat dengan nuansa alam nan sejuk.

-Orange keemasan memiliki makna bahwa Kabupaten Bogor adalah daerah yang makmur dan penuh prestasi.

-Merah memiliki makna bahwa semangat Kabupaten Bogor dalam membangun daerahnya, yakni termaju, nyaman, dan berkeadaban.

-Biru memiliki makna luasnya wilayah Kabupaten Bogor serta kesejukannya.

-Ungu menggambarkan.

-Lambang kujang di tengah warna orange penggambaran Gunung Salak dan Gunung Pangrango.

-Lambang kujang di tengah warna orange menandakan simbol Kujang Pusaka Sunda.

Peringatan HJB ke-540 akan digelar selama dua hari, yakni 2-3 Juni 2022. Hari pertama diisi dengan acara ziara ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Pondok Rajeg, dilanjut acara penganugerahan di Auditorium Sekretariat Daerah (Setda) Cibinong. Selanjutnya, agenda kegiatan pada hari kedua akan diisi dengan paripurna istimewa yang akan dihadiri oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bogor di Gedung DPRD Cibinong, Bogor. 

SEJARAH KABUPATEN BOGOR

Pada tahun 1745, asal muasal sejarah masyarakat Bogor semula berasal dari sembilan kelompok pemukiman digabungkan oleh Gubernur Baron Van Inhof menjadi inti kesatuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pada saat itu Bupati Demang Wartawangsa berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat yang berbasis pertanian dengan menggali terusan dari Ciliwung ke Cimahpar dan dari Nanggewer sampai ke Kalibaru atau Kalimulya. Penggalian untuk membuat terusan kali dilanjutkan di sekitar pusat pemerintahan, namun pada tahun 1754 pusat pemerintahannya terletak di Tanah Baru kemudian dipindahkan ke Sukahati (Kampung Empang sekarang).

Terdapat berbagai pendapat tentang lahirnya nama Bogor itu sendiri. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bahai atau Baqar yang berarti sapi dengan alasan terdapat bukti berupa patung sapi di Kebun Raya Bogor. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa nama Bogor berasal dari kata Bokor yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Pendapat di atas memiliki dasar dan alasan tersendiri diyakini kebenarannya oleh setiap akhlinya. Namun berdasarkan catatan sejarah bahwa pada tanggal 7 April 1752 telah muncul kata Bogor dalam sebuah dokumen dan tertulis Hoofd Van de Negorij Bogor, yang berarti kepala kampung Bogor. Pada dokumen tersebut diketahui juga bahwa kepala kampung itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya itu sendiri mulai dibangun pada tahun 1817.

Nama Bogor menurut berbagai pendapat bahwa kata Bogor berasal dari kata “Buitenzorg” nama resmi dari Penjajah Belanda. Pendapat lain berasal dari kata “Bahai” yang berarti Sapi, yang kebetulan ada patung sapi di Kebun Raya Bogor. Sedangkan pendapat ketiga menyebutkan Bogor berasal dari kata “Bokor” yang berarti tunggul pohon enau (kawung). Dalam versi lain menyebutkan nama Bogor telah tampil dalam sebuah dokumen tanggal 7 April 1952, tertulis “Hoofd Van de Negorij Bogor” yang berarti kurang lebih Kepala Kampung Bogor, yang menurut informasi kemudian bahwa Kampung Bogor itu terletak di dalam lokasi Kebun Raya Bogor yang mulai dibangun pada tahun 1817. Asal mula adanya masyarakat Kabupaten Bogor, cikal bakalnya adalah dari penggabungan sembilan Kelompok Pemukiman oleh Gubernur Jendral Baron Van Inhof pada tahun 1745, sehingga menjadi kesatuan masyarakat yang berkembang menjadi besar di waktu kemudian. Kesatuan masyarakat itulah yang menjadi inti masyarakat Kabupaten Bogor.

Dari sisi sejarah, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat kerajaan tertua di Indonesia. Catatan Dinasti Sung di Cina dan prasasti yang ditemukan di Tempuran sungai Ciaruteun dengan sungai Cisadane, memperlihatkan bahwa setidaknya pada paruh awal abad ke 5 M di wilayah ini telah ada sebuah bentuk pemerintahan. Sejarah lama Dinasti Sung mencatat tahun 430, 433, 434, 437, dan 452 Kerajaan Holotan mengirimkan utusannya ke Cina. Sejarawan Prof. Dr Slamet Muljana dalam bukunya Dari Holotan ke Jayakarta menyimpulkan Holotan adalah transliterasi Cina dari kata Aruteun, dan kerajaan Aruteun adalah salah satu kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Prasasti Ciaruteun merupakan bukti sejarah perpindahan kekuasaan dari kerajaan Aruteun ke kerajaan Tarumanagara dibawah Raja Purnawarman, sekitar paruh akhir sabad ke-5.

Perjalanan sejarah Kabupaten Bogor memiliki keterkaitan yang erat dengan zaman kerajaan yang pernah memerintah di wilayah tersebut. Pada empat abad sebelumnya, Sri Baduga Maharaja dikenal sebagai raja yang mengawali zaman kerajaan Pajajaran, raja tersebut terkenal dengan 'ajaran dari leluhur yang dijunjung tinggi yang mengejar kesejahteraan'. Sejak saat itu secara berturut-turut tercatat dalam sejarah adanya kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah tersebut, yaitu:

- Kerajaan Taruma Negara, diperintah oleh 12 orang raja. Berkuasa sejak tahun 358 sampai dengan tahun 669.

- Kerajaan Galuh, diperintah oleh 14 raja. Berkuasa sejak 516 hingga tahun 852.

- Kerajaan Sunda, diperintah oleh 28 raja. Bertahta sejak tahun 669 sampai dengan tahun 1333. Kemudian dilanjutkan Kerajaan Kawali yang diperintah oleh 6 orang raja berlangsung sejak tahun 1333 hingga 1482.

- Kerajaan Pajajaran, berkuasa sejak tahun 1482 hingga tahun 1579. Pelantikan raja yang terkenal sebagai Sri Baduga Maharaja, menjadi satu perhatian khusus. Pada waktu itu terkenal dengan upacara Kuwedabhakti, dilangsungkan tanggal 3 Juni 1482. Tanggal itulah kiranya yang kemudian ditetapkan sebagai hari Jadi Bogor yang secara resmi dikukuhkan melalui sidang pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor pada tanggal 26 Mei 1972.

Pada tahun 1975, Pemerintah Pusat (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri) menginstruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat Pemerintahan Kotamadya Bogor. Atas dasar tersebut, pemerintah daerah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian dibeberapa wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon ibu kota sekaligus berperan sebagai pusat pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan dipilih diantaranya adalah wilayah Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan Cibinong (Desa Tengah).

Penetapan calon ibu kota ini diusulkan kembali ke pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan serta dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang menegaskan bahwa ibu kota pusat pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor dan pada tanggal 5 Oktober 1985 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor pada saat itu

Prasasti-prasasti lainnya peninggalan Purnawarman adalah prasasti Kebon Kopi di Kecamatan Cibungbulang, Prasasti Jambu di Bukit Koleangkak (Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang), dan prasasti Lebak (di tengah sungai Cidanghiyang, Propinsi Banten). Pada abad ke 6 dan ke 7 Kerajaan Tarumanagara merupakan penguasa tunggal di wilayah Jawa Barat. Setelah Tarumanagara, pada abad-abad selanjutnya kerajaan terkenal yang pernah muncul di Tanah Pasundan (Jawa Barat) adalah Sunda, Pajajaran, Galuh, dan Kawali. Semuanya tak terlepas dari keberadaan wilayah Bogor dan sekitarnya. Sejarah awal mula berdirinya Kabupaten Bogor, ditetapkan tanggal 3 Juni yang diilhami dari tanggal pelantikan Raja Pajajaran yang terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja yang dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 1482 selama sembilan hari yang disebut dengan upacara “Kedabhakti”.

Pusat Pemerintahan Bogor semula masih berada di wilayah Kota Bogor yaitu tepatnya di Panaragan, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, Ibu Kota Kabupaten Bogor dipindahkan dan ditetapkan di Cibinong. Sejak tahun 1990 pusat kegiatan pemerintahan menempati Kantor Pemerintahan di Cibinong.

Berikut adalah nama-nama Para Bupati Bogor

1. Ipik Gandamana (1948-1949)

2. R.E. Abdoellah (1550-1958)

3. Raden Kahfi (1958-1961)

4. Karta Dikaria (1961-1967)

5. Wisatya Sasmita (1967-1973)

6. Raden Mochamad Muchlis (1973-1976)

7. H. Ayip Rughby (1975-1982)

8. Soedrajat Nataatmaja (1982-1988)

9. H. Eddie Yoso Martadipura (1988-1998)

10. Kol. H. Agus Utara Effendi (1998-2008)

11. Drs. H. Rahmat Yasin (2008-2014)

12  Hj. Nurhayanti (2014-2019)

13. Hj. Ade Munawaroh Yasin (2019-sekarang)

Semoga di hari jadi Bogor ke-540 dapat meleboh baik lagi dari yang sebelumnya “TEGAR BERIMAN”. (DRS)


Sumber Referensi

M. Fikri Setiawan. Pemkab Bogor Merilis Logo Hari Jadi (HJB) ke-540. Antaranews.com. Senin 30 Mei 2022. Diakses 1 Juni 2022. https://megapolitan.antaranews.com/berita/194841/pemkab-bogor-merilis-logo-hari-jadi-bogor-hjb-ke-540#:~:text=Kabupaten%20Bogor%20(ANTARA)%20%2D%20Pemerintah,pada%20tanggal%203%20Juni%202022.

Portal Resmi Kabupaten Bogor. Sejarah Kabupaten Bogor. Diakses 1 Juni 2022 https://bogorkab.go.id/pages/sejarah-kabupaten-bogor#:~:text=Sejarah%20awal%20mula%20berdirinya%20Kabupaten,disebut%20dengan%20upacara%20%E2%80%9CKedabhakti%E2%80%9D. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Umbara Adakan Webinar Nasional Gizi

Penulis : Ika Puspa Windardi | Editor : Nia Jejak Pers - Bogor, Universitas Muhammadiyah Bogor Raya (UMBARA) mengadakan Webinar ...