Penulis : Uum
Sosialisasi program BIPA secara daring bagi tenaga pengajar dan calon tenaga pengajar BIPA Se-Kabupaten Bogor telah dilaksanakan oleh balai bahasa provinsi Jawa Barat pada tanggal 14 juli 2022 melalui aplikasi zoom meeting.
Mengutip dari Wikipedia BIPA merupakan singkatan dari Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing adalah program pembelajaran bahasa Indonesia yang subjeknya merupakan pembelajar asing. Maka kedudukan bahasa Indonesia bagi penutur asing menjadi bahasa asing. Selain berorientasi pada pengajaran bahasa Indonesia, lebih luas program BIPA mampu diberdayakan menjadi alat diplomasi.
Acara sosialisasi dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan setelahnya sambutan dari kepala balai bahasa jawa barat yaitu bapak Syarifudin kemudian dilanjutkan sambutan dari wakil ketua badan pengembangan dan pemberdayaan bahasa yaitu Dr. Iwa Lukmana, M.A. sekaligus membuka acara tersebut secara resmi.
Beliau berharap kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan SDM BIPA yang fasih dan memiliki pengetahuan luas tentang kebangsaan.
Pemateri pertama dari Dr. Muhamad Adji yang merupakan wakil ketua APPBIPA Jawa Barat, beliau memaparkan materi tentang pengenalan APPBIPA. “Tugas kita adalah tugas yang mulia, yakni menjalankan perintah undang-undang RI No. 24 Tahun 2009 pasal 44 tentang fungsi bahasa Indonesia dan sebagai pengajar bipa kita adalah cerminan bangsa Indonesia.” Ujarnya.
Fakta BIPA diluar negeri :
1. Ada sekitar 52 negara, 428 lembaga BIPA
2. Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh tentara Kamboja
3. 75 dari 800 perguruan tinggi di Jepang mengajarkan BIPA
4. Ada 12 perguruan tinggi penyelenggara BIPA di Jerman
5. Ibu kota Vietnam menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia
Ternyata penyebaran bahasa Indonesia di luar negeri sudah sejauh itu ya, jadi semakin bangga berbahasa Indonesia. Bagi kalian yang ingin ke luar negeri melalui BIPA ada beberapa peluang, yaitu: (1) Badan pengembangan dan pembinaan bahasa, (2) BPKLN, (3) DIKTI, (4) Kerjasama mandiri lembaga.
Sejauh ini sudah tertarik belum menjadi pengajar BIPA? Ada beberapa syarat umum dan syarat khusus menjadi pengajar BIPA, syarat umumnya yaitu :
1. Berkewarganegaraan Indonesia.
2. Berusia 24 hingga 50 tahun.
3. Berpendidikan sekurang-kurangnya sarjana S-1 (diutamakan jurusan bahasa dan sastra, baik kependidikan maupun non-kependidikan).
4. Sehat dalam hal jasmani dan rohani (dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokter pemerintah).
5. Mahir berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan (dibuktikan dengan sertifikat Uji Kemahiran Bahasa Indonesia).
6. Berpengalaman mengajarkan Indonesia bagi penutur asing.
7. Berkelakuan baik serta tidak pernah terlibat tindakan kriminal, tindakan asusila, dan penyalahgunaan narkoba (dibuktikan dengan surat catatan kepolisian (SKCK) dan surat keterangan bebas narkoba dari rumah sakit pemerintah).
8. Tidak sedang menempuh pendidikan, menerima beasiswa, maupun menjalani kewajiban pascatugas belajar atau kewajiban sebagai calon pegawai.
9. Mahir dalam bahasa asing tertentu sesuai dengan kebutuhan di negara sasaran (dibuktikan dengan sertifikat kemahiran berbahasa asing).
10. Memperoleh izin dan rekomendasi secara langsung dari atasan (bagi yang bekerja di lembaga pemerintah atau swasta).
11. Memperoleh rekomendasi pengalaman mengajar BIPA dari pimpinan lembaga penyelenggara program BIPA, pengajar senior BIPA, atau pembelajar BIPA.
12. Memiliki wawasan yang positif dan komprehensif tentang Indonesia.
13. Mahir memanfaatkan saran teknologi informasi dan komunikasi.
14. Mampu melaksanakan penelitian.
15. Memiliki kemampuan yang memadai dalam berdiplomasi dan berkomunikasi.
16. Memiliki keterampilan dalam kesenian tradisional dan/ atau kontemporer Indonesia.
17. Bersedia untuk ditugasi ke negara sasaran pada waktu yang ditentukan.
18. Tidak memiliki hubungan keluarga dengan panitia seleksi.
Selain memenuhi persyaratan umum, pelamar wajib memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan pilihan negara sasaran. Setiap pelamar dapat mencantumkan maksimal tiga pilihan negara sasaran dengan mempertimbangkan persyaratan khusus dari negara sasaran. Terdapat 23 negara pilihan dengan persyaratan khusus masing-masing negara. Negara-negara tersebut antara lain Inggris, Rusia, Jerman, Amerika Serikat, Mesir, Uni Emirat Arab, Filipina, dan Thailand.
Pemateri yang kedua yaitu Erni Catur Westi, yang merupakan pengajar dan pelatih program BIPA, beliau menyampaikan materi mengenai analisis kebutuhan program BIPA.
Ada empat piliahan kelas dalam proses pembelajaran BIPA yaitu,
1. Kelas pribadi, pengajar dengan satu orang pemelajar atau kelas kecil (5-10 orang), pengajar menangani sendiri.
2. Kelas klasikal, pengajar dengan 10-20 pemelajar, pemelajar diseleksi melalui lembaga, pemelajar mengikuti kebijakan lembaga.
3. Kelas homogen, pemelajar berasal dari satu negara, pemelajar memiliki satu minat/tujuan, pemelajar berusia sama.
4. Kelas heterogeny, pemelajar berasal dari berbagai negara, pemelajar mempunyai berbagai minat/tujuan, pemelajar berusia tidak sama.
Ibu Erni yang sekarang menjadi pelatih BIPA tentu saja mempunyai pengalaman dalam mengajar BIPA, beliau memberikan pesan kepada calon pembelajar BIPA.
“Hati-hati pada orang asing, karena budaya kita belum tentu budaya mereka. Kita pembelajar BIPA, kita adalah duta Indonesia, orang asing dapat menilai baik dan buruknya Indonesia itu dari kita. Menguasai unsur budaya Indonesia menjadi nilai plus Ketika seleksi menjadi pembelajar BIPA”, ucapnya.
Ibu Yulia Adiningsih, M.Pd. selaku ketua program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia STKIP Muhammadiyah Bogor menyampaikan bahwa dirinya sangat berharap di STKIP ada program BIPA. Hal ini ditanggapi oleh narasumber menurut erni catur westi, harus banyak mengikuti pelatihan BIPA dan persiapkan tenaga pengajar lalu setelah itu siapkan pemelajar.
Sementara Dr. Muhammad Adji menyarankan agar banyak membuka jaringan dan menjalin komunikasi dengan lembaga lain karena lebih banyak kita berinteraksi dengan seseorang maka akan lebih banyak kita mendapatkan informasi.
Peserta yang mengikuti kegiatan ini cukup banyak yaitu sekitar 43 orang terdiri dari dosen dan mahasiswa STKIP Muhammadiyah Bogor dan IPB University. (Uum)